Didepanku sudah ada dia..... Ya seorang pria tampan yang dulu pernah
mengisi hari-hari ku. Kini aku sedang berada disebuah ruangan yang sangat
ramai. Disini sedang dilaksanakan acara ulang tahun teman kita, iya kita... Aku
dan dia. Kalau saja dia tau, aku masih menyimpan rasa ini untuknya, yaa tidak
kusadari sudah 4 tahun aku memendam ini. Aku belum bisa membuka hatiku untuk
lelaki manapun.. Karena dihatiku masih terukir jelas namanya. Sedangkan dia?
Dia mungkin sudah beberapa kali berganti pasangan. Namun aku tidak pernah
menghiraukannya. Walaupun sesak didada yang kurasakan. Miris bukan?. Tapi
bukankah cinta itu tak selamanya harus memiliki? Bisa berhadapan dengan nya
saja aku sudah merasakan bahagia yg luar biasa. Walaupun tak hanya itu, ada
juga rasa lain yang berkecamuk didalam dada ini. Hmm mungkin, rindu. Tapi.. Apa
itu rindu? Aku tidak pernah ambil pusing soal itu.
Diam-diam aku mencuri pandangan kepadanya. Memperhatikan secara
mendetail paras wajahnya, bentuk tubuhnya, bahkan bibir merah muda yang tipis
yang pernah kurasakan itu masih sama bentuknya. Oh tuhaan, apakah ia tidak
pernah melakukannya lagi pada wanita lain?. Aku terus bersikap dingin, seolah
tidak terjadi apa-apa disini. Dihatiku. Aku masih terus memproses hal-hal yang
terjadi disini didalam pikiran, namun tertap saja not responding... Mungkin
karena pikiranku sudah dipenuhi olehnya. Ayolaaah apa tidak ada programmer
profesional yang bisa memprogram ulang isi otakku ini? Aku sudah terlalu sesak
oleh pikiran-pikiran tentangnya, walaupun aku sangat menikmatinya..
Saat aku sedang mungkin terlihat bingung. Tiba tiba 'pukkk'. Aku
tersontak kaget. Ternyata temaku lisa. Dia menepuk bahu ku. "lydia, ayo ke
depan panggung. Acaranya udah mau dimulai" dengan segera aku mengangguk
dan mengekorinya saja. Aku tidak mau jalan sendiri dan mengambil resiko
menabrak sesuatu. Bukan karna mataku min atau semacamnya. Entah mataku sedang
terjadi kabut yang tebal, mungkin karenanya. Aku gatau apa yg diperbuatnya
terhadapku tadi, padahal sekedar mengobrol padaku saja tidak. Mungkin ini
terlalu aneh atau berlebihan. Tapi ini sungguh. Efek dirinya sangatlah besar
terhadapku.
Kini disamping kiriku terdapat lisa yang sedang meniup lilin
dari kue yang sangat besar, yang berbentuk angka satu dan delapan. Ya umurnya
18 kini. Dan setelah itu dia memotong kuenya. Tentu saja sedari tadi ramai
dengan lontaran nyanyian para undangan disini. Saat potongan pertama, ia
langsung menyuapi Reno, kekasihnya yang berada disebelah kirinya. Lalu
diciumlah kening lisa. Ya, ini acara ulang tahun khusus bersama teman-teman,
tanpa keluarga dari lisa. lalu suapan kedua.... Hap! Aku melahapnya. Tentu saja
karena lisa yang menyuapinya. Aku segera melontarkan senyumanku untuknya, untuk
semua, dan termasuk makhluk yang berada disamping kananku. Yang sedari tadi
membuatku hampir tidak bisa bernafas. Segera saja lisa juga menyuapi nya. Aku
hanya tersenyum melihatnya. Lalu lanjut ke beberapa sahabat kami lagi disebelah
kanannya makhluk ini. Hingga meninggalkan aku dan dia berdua bersebelahan
disini. Aku hanya mematung. Sungguh ini canggung sekali. Dan..... Blup!
Akhirnya lisa muncul kembali. Huff syukurlah.
Kini aku bersama sahabat-sahabatku termasuk lisa dan juga makhluk
itu sedang menikmati suasana yang sudah lumayan sepi ini. Yaa, acaranya sudah
selesai. Tapi tidak untuk kami sebagai sahabat lisa sejak smp. Yaa, lisa adalah
sahabatku. Yaa lisa cukup tau seluk beluk diriku. Dan yang waktu itu
memperkenalkan aku dengannya juga Lisa. Dan aku tau pasti lisa juga yang sengaja
membiarkan aku bersebelahan dengannya tadi. Huffft
Kami sedang asyik berbincang-bincang membicarakan apa saja. Kalau
aku hanya mendengarkan sambil tersenyum. Tentu aku tidak memandanginya lagi.
Aku takut ketahuan jika melakukannnya lagi. Reno, kekasih lisa hanya duduk
dipojok sofa tempat kita berkumpul sekarang. Dan aku bisa melihat bahwa ia.....
"lis, pacar lo tuh kode" segera ucapku. "yahh dia tidur haha jam
berapa emang sekarang? Hmm kode apa?" jawabnya. "hmm jam 1 malem nih,
kode.... Minta bobo hahahaha" #petakkkk sebuah jitakkan berhasil mendarat
dikepala ini. Aku hanya berceloteh kesakitan. Hufff aku kan hanya bercanda.
Lalu disambut oleh reyhan "hah jam 1? Gue pulang deh, besok mesti kuliah pagi
gue". Lalu sunny "iya nih udah malem gue pulang juga deh, reyhan, gue
ikut lo yaa" ucapnya sambil melihatkan puppy eyes nya. Haha cukup imut
untuk seorang sunny. "iyanih kev, balik yuk" kata dicky kepada
adiknya. "hmm yaudah, kalian pulang nya hati-hatinyaa. Loh, elo lyd?
Pulang sama siapa?" ucap lisa. "tadi gue naik taksi, pulangnya juga
laah hehe" jawabku. "lydiaa mana ada taksi jam segini, sekalinya ada
yang bawa bukan manusia mau lo? Ahaha sama 'Rendy aja tuh, diakan sendiri.
Yakan dy?" ucap lisa. ‘hah? Lo gila lis? Lo mau bunuh gue karena berduaan
dengan dia?’ ucapku dalam hati. Aku hanya geleng-geleng. Tapi..... "yaudah
sama gue aja, kesian cewe malem-malem pulang sendiri" jawab Rendy.
#blupppppp kini aku mematung. Tidak bisa menjawab apa-apa. Ya tuhaan, bangun
kan segera aku dari mimpi ini.... Jika ini benar terjadi aku harap kau
menyediakan lebih banyak oksigen untukku bernafas saat bersamanya...
Kini aku ada dibelakangnya. Yaa, aku berada diatas motor ninja ini
yang sebenarnya kurang nyaman untuk sekarang. Hey aku harus menjaga jarakku
padanya! Jika tidak akan #jreeeeppp. Benar saja, tubuhku menempel sempurna padanya.
Seketika Rendy membuka kaca helm nya "hmm lyd, maaf ya tadi gue gak liat kalo
ada polisi tidur.. Jadi ngerem mendadak" katanya. "iya gapapa ko dy"
balasku. 'Apa? Gapapa ucapku? Walau yang sebenarnya diriku sedang menahan rindu
yang sangat mendalam? Yang selama ini kuabaikan? Yang memuncak hingga
menimbukan sesak ini?' ucapku dalam hati.
Setelah itu, kamipun terdiam. Sunyi sekali, rasa amat canggung pun
berkesibat diantara kami. Setelah itu.... #byurrrrr hujan deras pun menerpa
kami. Segera saja Rendy meminggirkan motornya, dan segera berteduh. Aku pun
turun dari motornya dan memandangi sekeliling. "ujannya deres, huff dingin
lagi" kataku dan seketika aku menyadari kebodohan apa yang habis
kuperbuat. Damn!. Seketika #drepp tubuhku terasa hangat. Ya karena jaket tebal
yang diberikan oleh Rendy di atas punggungku. Segera saja aku menatapnya.
"gausah dy, gue gapapa kok" saat kuinging mengembalikan, tibatiba
"lo lebih butuh kok lyd" ucap Rendy sambil memperlihatkan senyuman
manis yang terukir dibibirnya itu. Oh tidak. Apa yang dia lakukan sekarang?
Ingin membunuhku perlahan dengan semua yang dia lakukan itu?. Aku pun segera
mengedarkan pandanganku, untuk menormalkan detak jantungku yang sedari tadi
begejolak. Diam.. Sunyi.. Itu yang terjadi sekarang "ujannya awet ya"
ucapku "iya, udah jam 2 nih, brr dingin" katanya. Akupun langsung
merasa bersalah. Andai saja ia tida mengantarku, mungkin saja ia tidak
kehujanan dan harus kedinginan karena memberikan jaketnya itu untukku. Segera
aku membuka jaket ini, dan memberikannya. "nih" sambil menyodorkan
jaket itu. "gausah lyd, lo lebih butuh daripada gue" “gapapa dy, gue
udah gak kedinginan. Jadi buat lo aja yaa, plisss” jawabku sambil menatapnya
intens.. mata itu, yang sedari dulu aku rindukan.. wajahnya, lekuk-lekuk
tubuhnya, semua yang aku rindukan, kini tetap didepanku. Rasanya ingin sekali
aku berapa didekapnya, dan mengutarakan bahwa aku masih mencintainya. “hmm yaudah, makasih ya
lyd” ucapnya sambil tersenyum. Sekarang keadaan kembali sepi. Entah mengapa hujan
tidak kunjung berhenti. Pikiranku kini bercampur aduk. Kenangan-kenangan manis
ku dengannya dulu teringat jelas olehku kini. Dan tidak hanya itu. Kenangan burukpun
masih teringat jelas olehku. saaat…
*flashback*
Dulu, 4 tahun lalu saat aku masih berpacaran dengannya. Saat kami
masih duduk di bangku kelas 2 smp. Teringat sangat jelas. Saat itu juga tak
pernah kulupakan. Saat dimana ia menghianatiku. Disat hubungan kami yang sudah
menginjak satu tahun. Kudengar ia menggandeng wanita lain, yang ternyata adik
kelas kami. Tentu saja aku tidak langsung mempercayainya. Aku tetap lebih
mempercayai kekasihku dibandingkan omongan dibelakang yang tidak tau
kebenarannya. Sampai akhirnya, 1 bulan setelah itu, dia mengakhiri hubungan
kita. Entah apa salahku. Sakitnya sudah memuncak dan tak tertahan lagi. Aku tidak
percaya bahwa ia menghiri semua. Aku sangat terpuruk saat itu. Dan benar saja. Seminggu
setelah dia mengakhiri hubungan kami, aku melihat ia sedang berduaan dengan
adik kelas itu ditaman sekolah. Bercumbu dan bercada ria. Haha aku tertawa melihatnya.
Tentu bukan tertawa bahagia saat itu. Melainkan tawa sakit yang amat mendalam
sehingga tidak bisa ku luangkan lagi. Sungguh, mati sepertinya lebih
menyenangkan saat itu. Segera aku berlari ke kamar mandi sekolah. Mengunci diriku,
dan mengutukku atas apa yang terjadi barusan. Ternyata menjadi siswa terbaik
dikelas tidak menjadi jaminan dalam segala hal. Buktinya aku bodoh sekali dalam
percintaan. Aku terus menangis frustasi. Namun tak mengeluarkan suara. Aku memukuli
diriku sendiri. Sungguh.. aku tidak sanggup atas semua itu. Sakitnya melebihi
dari tergores pisau sekalipun.. sungguh sakit..
*flashback end*
Tidak sadar aku pun meneteskan air mata setelah mengingat itu
semua. Segera saja aku menyekatnya. Namun sayang, sudah terlihat. “lo kenapa
lyd? Nn… nangis?” Tanya Rendy lembut. “hah? Masa sih? Engga gue kelilipan hehe”
jawabku berharap ia mempercayainya. “hmm lo gausah bohong, kita pernah bersama
selama setahun lebih, dan gue tau lo abis nangis lyd. Cerita aja sama gue”
balasnya. ‘apa? Haha dia masih ingat?' Aku tertawa sambil menangis dalam hati. “hehe
gapapa dy serius deh, Cuma kedinginan” jawabku ‘hah? Jawaban macam apa itu! Bodohnya
kalimat itu’ dalam hati. “tuh kan..” belum selesai langsung saja “eh engga dy” Segera
saja aku potong kalimatnya. “gue bercanda hehe” sambungku “lo gapapa lyd?” kata
Rendy. “emang gue keliatan kenapa-napa ya?” balasku. Dan #blupp air mata itu
jatuh lagi. Ahhhh bodohnya, mengapa air mata ini bisa terjatuh lagi?. Rendy hanya
menatap ku bingung. Aku pun menatapnya dan #pyurrr air mataku seolah berlomba
untuk keluar. Tangisan ku pun meledak. Aku hanya menutup muka oleh kedua
tanganku. Namun setelah itu, aku merasakan hangat yang luar biasa, sungguh
hangat dan…. Lega rasanya. Tangis ku semakin membuyar.. namun rasa hangat itu
semakin menjalar keseluruh tubuhku. Akupun bingung dan segera mendongakkan kepalaku.
Dan ternyata… aku sedang didekap olehnya.. sungguh aku sangat nyaman dan tidak
ingin melepasnya, seolah tubuhnya memang diciptakan untuk tubuhku, begitu juga
sebaliknya. Aroma tubuh ini, aroma kesukaannya. yang masih tidak berubah
semenjak 4 tahun yang lalu.. dan tangan ini yang sedang mengelus setiap helai rambutku, dan
juga bibir yang sedang mencium puncak kepala ku. Sungguh aku amat sangat
merindukannya melebihi apapun..
Kini ia melepas pelukannya, dan menatapku intens, aku tidak berani
membalas tatapannya kini. Segera dia meraih daguku dan mendongakkan kepala ku “kamu
kenapa? Karna aku?” tanyanya. Entah semenjak kapan dia jadi berkata aku-kamu. ‘Haha
iya! Itu semua karna kamu!’ teriak frustasiku dalam hati. Aku tidak menjawabnya
dengan lisan. Namun air mata ini seolah menjawabnya. Diam.. sunyi.. Aku masih
menutup mataku yang masih mengeluarkan airmata ini. Tiba-tiba…. #slupp aku
merasakan hangat dibibirku. Aku tidak berani untuk membuka mataku kini, melihat
apa yang terjadi. Aku hanya menikmati apa yang sedang terjadi. Ya benar saja,
ia sedang menciumku. Aku tidak tahu mengapa aku tidak menolak perlakuannya. Bahkan
aku menikmatinya. Sangat menikmatinya. Kini ia sedang melumat halus bibirku. Bergantian
dari yang bawah dan atas. Bahkan aku tidak sadar bahwa aku sekarang sudah
membalas lumatannya. Lumatan kami pun semakin dalam dengan pelukan kami. Aku melingkaran
kedua tanganku dilehernya. Mempererat pelukan kami. Dan kiri lumatan kami
semakin kencang. Sepi sekali disini, hanya terdapat suara karena lumatan-lumatan
kami. Sekarang dia menggigit bibir bawahku, akupun segera membuka mulutku dan
tentu saja lidah nya kini langung masuk kedalam dan menyapu habis setiap
sudut mulutku. Setelah itu kami lanjutan lumatan bibir kami. Lama… hangat.. dan
nikmat yang kami rasakan. Kini aku merasa sesak karena kehabisan oksigen
olehnya. Segera saja aku melepaskan tautan antara kami. Hanya tersengar suara hempasan
nafas kami yang lelah setelah kegiatan kami tadi. Sungguh detak jantung ini
sedang terjadi perang didalamnya. “maafin aku atas kejadian dulu yaa, aku tidak
tahu ada setan apa sehingga aku melakukannya, menyakitimu, mencampakkanmu. Sungguh
itu diluar kendali ku! Aku seperti dikendalikan oleh setan yang tidak
bertanggung jawab! Aku sangat menyesal telah melakukan itu. Sungguh aku hanya
mencintaimu..” ucap Rendy belum selesai “jika kamu hanya mencintaiku mengapa
kamu melakukan itu semua kepada ku? Dan mengapa kamu bisa mencintai
wanita-wanita lain setelah aku?!” ucapku histeris. Aku tidak tahu bahwa dia juga
ikut menyumbangkan air matanya kali ini dihadapaku. “kamu tidak tahu seberapa
menderitanya aku dengan mereka!” balasnya “oh, jadi kamu menderita dengan
mereka, karena itu kamu ingin membalas mereka dengan melibatkan aku? Membuatku menderita
olehmu?” teriaku disambut isak tangis. Segera Rendy memelukku lagi “maaf. Aku tidak
ada niat sedikit pun menyakitimu. Aku menderita dengan mereka bukan karena
mereka menyakitiku. Tapi saat bersama mereka, batinku ini masih sangat
mencintaimu! Kamu meghilang begitu saja! Tanpa mendengar penjelasan dariku! Sungguh
aku tau aku salah! Dan kau boleh menghukumku! Tapi apakah kamu tidak bisa
memberikan aku kesempatan kedua untuk kali ini? Sungguh! Aku sangat mencintaimu
dari pertama kita bertemu, hingga sekarang ! tidak ada nama-nama lain selain
mu!” ucap Rendy. Aku hanya terdiam, aku lemas tak berdaya. Aku bingung.. ya
memang setelah kejadian itu aku segera pindah sekolah keluar kota. Aku tidak
sanggup jika harus terus berada didekatnya saat itu. “kumohon.. yang berlalu,
biar lah berlalu. Apa salahnya kita memulai cerita baru?” ucapnya. Lalu ia
melapaskan dekapannya, dan segera berlutut. “apakah kamu mau menjadi kekasih ku
kembali? Wanita yang paling kucintai…” ucap Rendy. Aku terdiam. Tidak tahu
harus berbuat apa-apa. Aku sangat mencintainya. Sekarang dia juga berkata bahwa
dia mencintaiku. Tapi entah mengapa aku masih sangat bingung. Pikiranku over capacity.
Aku tidak bisa menjawab apa-apa sekarang…. Oh Tuhan tolong akuuuu
“Rendy, aku sangat mencintaimu. Tapi aku belum siap untuk kembali
padamu. Kumohon kau mengerti. Aku akan menjawabnya. Jika aku siap. Dan aku
tidak tahu kapan itu terjadi” balasku. “sampai kapanpun aku akan menunggumu. Walaupun
sampai aku menutup mata sekali pun. Aku sangat mencintaimu! Aku tidak akan
melakukan kebodohan yang sama lagi. Dan aku akan tetap mencitaimu, sampai
kapanpun…” ucapnya, jujur aku terharu dan lagi-lagi meneteskan air mata. Rendy segera
berdiri. Ia menyekat air mataku dengan kedua tangannya. Segera memelukku. Tubuh
yang kusukai. Dan mencium keningku. Lama… dan tidak ada rasa canggung lagi. Entah
semenjak kapan langit sudah tidak meneteskan air. Kulihat kini waktu menunjukkan
pukul 4 pagi. “kita pulang yaa, hujannya sudah reda” sambil melontarkan
senyumnya. aku hanya mengangguk-ngangguk tanda aku menyetujuinya. “aku sayang sama kamu” sambungnya lagi. Aku hanya tersenyum sambil
menghelakan nafas. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami. Namun perjalanan untuk
mengantar ku pulang. Untuk perjalanan cinta kami… entah. Apakah kamu layak untuk
kembali?
.
.
.
.
.
THANKS FOR READING :)