Rabu, 18 Juni 2014

Datang…. Lalu Pergi.

who's know the truth :)

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana antaranya saling membutuhkan dan tidak dapat hidup sendiri. Datang…. Saat membutuhkan, dan pergi setelah kebutuhannya terpenuhi. Menyedihkan memang, namun inilah siklus kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Kita dituntut untuk hidup realistis setiap detiknya. Bukan berarti realistis dalam bentuk matrealis. Kita hanya dituntut untuk dapat menerima setiap kenyataan yang muncul dihadapan kita.

Dia. Sang mentari di pagi hari dan sang rembulan dimalam hari. Pelangiku setelah hujan menerpa. Bagaikan siklus hujan, ia jatuh kebumi, mengalir hingga kelaut,  lalu air laut menguap, menggumpal dilangit, lalu menjadi awan, dan pada saatnya ia akan turun menjadi hujan kembali. Begitu seterusnya. Sama seperti hidup. Pasti kita semua juga pernah mengalaminya. Bertemu dengan orang yang amat kita sayangi dan pasti ada saatnya kita akan berpisah dengannya. Kemudian akan ada dia-dia yang selanjutnya. Bicara soal dia, pertama kali kukenal dengannya yaitu saat aku masih menjadi adik kelasnya. Aku adalah sosok siswi yang cukup mengagumi banyak kakak kelas. Salah satunya ‘dia’. Aku tidak menyangka bahwa aku dapat kenal dan bahkan mengenalinya secara dekat. Jujur aku juga type gadis yang mudah jatuh cinta. Dan tanpa aku sadari entah semenjak kapan akupun menjatuhkan hati padanya. Dia itu sosok yang dewasa, namun terkadang kekanakan, jujur disetiap tuturnya, dan indah setiap perlakukannya. Umur kami terlampau 2 tahun. Namun aku tidak memanggilnya dengan sebutan yang menandakan bahwa kami memiliki perbedaan usia. Dan dia menyetujuinya. Aku sudah jatuh dihati yang dalam. Dan saat yang sama juga, inilah saatnya. Kalian tau saatnya untuk apa? Ya. Ini dalah saatnya aku harus menerima kenyataan bahwa itulah saatnya kami harus berpisah. Memang dia bukanlah cinta pertamaku, dan kamipun belum pernah memiliki hubungan yang mengikat sebelumnya. Tapi, entah mengapa dibandingkan cinta-cinta yang sebelumnya, hanya kepadanya paling kuat perasaan yang pernah kuberikan.

Sulit memang. Bagaikan ombak yang menerjang karang. Sekuat apapun karang tersebut pasti terkikis juga. Dan sayangnya perasaanku tidak cukup kuat seperti karang. Hatiku ini cukup rapuh bagaikan anak kucing yang baru lahir. Tipis, rapuh, tidak bisa berbuat apa-apa dan bergantungan. Ya, aku bergantung kepada cintanya yang entah sejak kapan menjadi candu untukku. Namun, kenyataan yang harus kujalani. Kulihat keadaanku, yang amat menyedihkan. Egois disetiap hal. Egois pada tubuhku, karna aku hanya berbaring, tak menjalani hal yang lain. Kemudian egois pada kesehatanku karna aku tak pernah menghabiskan bahkan 5 suap saja dari makanan dalam piringku. Bahkan aku egois pada rohaniku karna aku hanya menangis dan jauh pada Sang Pencipta. Aku juga egois pada penglihatanku, karna hanya wajahnya saja yang dapat kulihat. Egois pula pada pikiranku yang hanya dapat memikirkan dia. Dan yang lebih parah lagi, aku egois terhadap hatiku yang masih bersikap keras untuk menahannya tanpa membuka hati untuk rasa lainnya. Aku benci kenyataan itu. Benci harus menerima kenyataan bahwa keindahan yang baru saja aku nikmati sebentar harus pergi kembali. Namun, aku berfikir. Aku bisa tahu karna terbiasa, bisa sayang karna terbiasa, bisa jatuh dengan dalam juga karna terbiasa. Maka aku juga harus bisa ‘melepasnya’ karna terbiasa. Yap. Benar saja, lamban laun aku dapat melupakannya. Seiring waktu dan keadaan yang memaksa.


Teman. Tempat mencurahkan isi hati dan berjuang melawan kesedihan dan senang bersama. Aku bersyukur mempunyai banyak teman walau yang paling peduli denganku dapat dihitung dengan jari. Lucunya akupun mempunyai teman yang datang saat butuh padaku, dan pergi saat tidak butuh. Datang saat kesusahan dan pergi saat bahagia. Licik memang. Ditambah menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa dan bahkan tidak berhak untuk menuntut apapun dari mereka. Menyedihkan….

Setengah tahun berjalan, kembali lagi tentang ‘dia’ yang semakin menggila untuk hilang dikehidupanku. Aku senang. Dan setelah ia benar-benar pergi, namun datanglah sosok lain. Aku tau dia dari temanku. Dia sosok yang kekanakan, dan menyebalkan disaat yang sama. Rasanya aku ingin sekali membimbing dan melindunginya. Bukan bermaksud menggurui, namun aku ingin sekali mengajarkan ia banyak hal. Suatu hari aku sangat senang karena beberapa kata yang dirangkainya menjadi suatu kalimat. Masih terdengar menyebalkan, namun aku senang. Aku bingung mengapa kini aku menjadi sosok yang amat rapuh, dan bodohnya aku tak ingin kehilangan sosok yang sudah aku tulis namanya didalam hati ini. Mengikuti tiap perintahnya bagai hipnotis, mencari tahu, dan membentuk diri agar sesuai seperti keinginannya. Sebenarnya aku tahu ini dilarang dan tak akan menimbulkan hasil yang membahagiakan. Lama kelamaan waktu menunjukkan, dia menginginkan sesuatu dariku. Tentu aku tak bisa menolak, selagi itu tidak merugikan aku ataupun orang lain. Benar saja. Sudah kuduga. Manusia datang dan pergi. Datang saat menginginkan sesuatu dan pergi bergitu saja setelah keinginannya terkabul. Hahaha ini lucu!. Aku tahu dia akan pergi setelah mendapat apa yang dia mau itu. Dan, dia pergi.



Lalu aku meresapi. Inilah hidup. Manusia datang dan pergi sesuka hati. Tak hanya dari 3 cerita diatas. Itu titaklah berarti dari banyak kasus lainnya yang pasti dialami setiap manusia. Entah itu hobi mereka atau memang kodrat manusia? Kembali lagi pertanyaan seperti ini wajib kita tanyakan terhadap diri kita sendiri. Lalu aku bertanya pada diri ini. Apakah kamu juga pernah melakukan hal yang serupa dengan orang lain?. Jawabannya adalah ‘iya’. Aku benci bahwa aku tau ini juga merupakan kesalahanku. Atau mungkin memang tuntutan kehidupan. Dan bahkan memang kodrat. Datang saat ingin, dan pergi semaunya…
Thanks for reading! Semoga bermanfaat :)

Selasa, 25 Februari 2014

Manis dan Pahit



Apa itu pahit? Pahit adalah salah satu dari rasa. Ya. Pahit adalah rasa. Dalam lidah, kita bisa merasakan pahit pada bagian ujung dalam dekat pangkal lidah. Namun berhubung saya bukan seorang yang bersekolah dengan menekuni Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya akan membahas ‘Pahit’ namun dengan versi kehidupan.

Hidup. Apa itu hidup? Apa saja yang terjadi didalamnya?. Saya rasa saya terlalu kecil untuk mengajari reader sekalian. Tapi saya hanya sekedar me-share apa itu ‘Pahit’ dari sisi pandang kehidupan saya.

Hidup itu memiliki banyak sekali rasa. Manis, pahit, hambar, getir, hampir semua ada. Mengapa semua? Karna mereka satu paket. Ada manis, ada juga pahit. Mengapa harus ada pahit ditengah manisnya kehidupan? Sebenarnya itu semua adalah bentuk dari apa yang kita hadapi saat ini. Ini tentang bagaimana kita menanggapi kehidupan yang sedang terjadi.

Kita bahas dari manis dahulu. Hidup itu manis, jujur hidup itu manis. Banyak sekali yang bisa kita lakukan terutama yang bermanfaat dalam hidup. seperti apa kata pepatah, Apa yang kita tanam akan kita tuai. Maka dari itu jika kamu mau hidup kamu manis, ya lakukan segala sesuatu yang manis pula. Merasa sudah melakukan yang manis tapi tidak kunjung mendapatkan kemanisan hidup? Coba periksa lagi. Yang kamu lakukan benar-benar manis kah? Jika kamu sudah benar-benar merasa memberi kemanisan dalam hidup tapi kecewa karna tidak kunjung mendapatkan kemanisan juga, itu salah. Tandanya kamu belum melakukan kemanisan dalam hidup. Dalam hidup, manis itu tidak ada kata pamrih. Jika kamu ikhlas melakukan kemanisan dalam hidup, maka hati kamu juga akan menerima kemanisan berupa ketentraman dan ketenangan jiwa kamu. Merasa itu tidak adil? Memang. Tidak adil jika kita hanya merasakan manis saja. Maka hidupmu akan lebih berarti jika diselipi kepahitan dalam hidupmu yang manis itu.

Dengan adanya pahit, maka kamu tahu betapa berharganya manis. Dengan adanya pahit maka kamu tahu kalau sebenarnya kamu dapat membedakan yang mana manis dan mana pahit. Saat kamu merasakan manis, apakah kamu sudah bersyukur? Namun saat merasakan pahit apakah kamu tidak mengeluh? Jika jawaban keduanya adalah ‘tidak’ maka kamu kurang tepat menanggapi kehidupanmu. Yang benar saja? Saat mendapat kemanisan kamu diam saja, lupa. seolah manisnya hidup memang mutlak milikmu. Saat merasakan kepahitan? Kamu mengeluh. Memberi tahu kepada seluruh dunia bahwa kamu sedang merasa kepahitan. Sebenarnya, yang membuat hidupmu pahit, ya dirimu sendiri. Kenapa bisa seperti itu?

Jujur, saat ini aku iri terhadap orang yang selalu bisa memperlihatkan kemanisan hidupnya, bukan kepahitannya. Karena aku, aku belum bisa menjalani semua teori-teori kehidupan yang telah aku ketahui. Aku banyak menguasai teori tersebut. Tapi jujur aku malu ketika aku mengetahui bahwa aku belum lulus dalam hal praktek. Aku terus berusaha untuk menebar kemanisan dalam hidupku. Membagikannya kepada setiap makhluk yang berada disekitarku. Namun? Saat pahit melanda aku masih mengeluh. Bahkan terkadang membagikannya terhadap orang lain. Seolah aku ingin semua orang tahu bahwa aku sedang mengalami kepahitan hidup. Namun, tidak selamanya hujan melanda, setidaknya ia akan berganti menjadi cuaca yang terang lagi atau bahkan tersirat pelangi membekas. Setelah kurasa kepahitan itu perlahan sirna dari hidupku, aku mulai tersadar. Banyak sekali hal yang bisa aku ambil dari kejadian kemarin, yang menenggelamkan ku kepada kepahitan. Namun memunculkan buah kemanisan yang bisa kupetik jika ku mau. Tentu saja aku mau.

Sebenarnya, apa kepahitan yang kualami kemarin? Kalian tahu? Sebenarnya aku sangat malu jika mengingatnya. Ya. Patah hati. Ini sangat memalukan jika ku fikir. Hidupku yang penuh ketentraman ini bisa menjadi hancur selama beberapa waktu hanya karna patah hati. Sebatas ditinggal pujaan hati kembali meneruskan hubungan cinta yang belum selesai kemarin dengan mantannya. Saat itu aku sangat terpuruk. dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku tidak mau kehilangannya, menuruti semua perkataannya, dan dia satu-satunya yang bisa membuatku memceritakan dirinya terhadap setiap orang yang kutemui. Sebelumnya, aku sangat tertutup apalagi masalah cinta. Aku cukup jutek dan masa bodo dengan lawan jenis, dan aku tidak mau orang lain tau tentang hubungan cintaku, entah mengapa dengannya aku justru sangat terbuka. Apa dia berbeda? Entahlah. Namun sekarang dia sudah benar-benar sirna dari kehidupanku. Entahlah. Yang jelas sekarang karnanya, aku bisa tau arti dari keterbukaan itu seperti apa. Lega rasanya. Dan yang pasti bisa memiliki teman dekat lebih banyak lagi. Lalu, aku sekarang mempunyai keluarga baru. Karna kepergiannya yang meninggalkan sejuta kenangan yang sangat mengganggu pikiranku, aku berusaha mencari kesibukan atau suasana baru. Ya. benar saja, sekarang aku sudah berhasil bergabung dalam suatu komunitas dikotaku yang menurutku cukup bermanfaat untukku. Sebenarnya aku ingin bergabung dalam berbagai komunitas dari dulu, namun hanya rencana. Karna kepergian dia yang merubah hidupku, maka sekarang aku bisa menjalankannya. Lalu, karnanya pula aku bisa merasakan manis pahitnya hidup saat masa remajaku. Aku harus berterima kasih padanya. Jika dia tidak mampir dalam hidupku, maka aku masih menjadi yang dulu, orang yang tertutup, takut bergaul, tidak menjalani misiku. Dan kini aku dengan diriku yang baru. Lebih kuat dan tangguh, aku yang telah bertambah ilmu.

Nah itu sudah terbukti. Manis dan pahit itu memang satu paket. Memang pahit itu menyakitkan, saat masanya. Namun tidak mungkin pahit akan terus melandamu, kalau bukan kamu yang mengizinkannya untuk terus bergulat dalam kehidupanmu sendiri. Sekarang tinggal kamu yang memilih jalan hidupmu sendiri. kamu tahu? Kemanisan sedang menunggumu, untuk bangkit dari kepahitan hidup, dan hidup bersamanya :)
Terima kasih telah membaca
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis
Salam kehidupan dan salam kecup untuk kalian semua :*

Senin, 20 Januari 2014

Dia. Satu Nyawa Penuh Aksi





Dia tidak dekat tidak juga jauh…
Dia tidak nyata tidak juga semu…
Dia tidak bersahabat tidak juga asing…
Dia tidak baik tidak juga jahat…
Dia tidak benar tidak juga salah…
Dia tidak bertindak tidak juga diam…
Dia tidak hidup tidak juga mati…
Namun,
Dia menerangi juga meredupkan
Dia mengangkat juga menjatuhkan
Dia berwarna juga kelabu
Dia mengobati juga melukai
Dia penuh keindahan juga kehampaan
Dia penuh kejujuran juga kebohongan
Dia menghidupkan juga mematikan
Dia datang dan juga pergi

Dia memang tidak,

                                                Dia tidak dekat tidak juga jauh
Dia tidak dekat, kita berbeda dunia. Aku, kamu. Kamu pria dewasa yang setiap hari melakoni kehidupannya sebagai seorang mahasiswa. Aku, perempuan kecil yang setiap hari berperan sebagai siswi smk. Namun, kamu tidak juga jauh. Rumahmu tidak terlalu jauh denganku, aku bersekolah disekolah yang pernah kamu jajakan sebelumnya. Kita pernah saling dekat, saling mengenal satu sama lain.
                                               
Dia tidak nyata tidak juga semu
            Dia tidak nyata, untuk saat ini dia tidak berada dikehidupanku. Tidak nyata dihari-hariku. Namun, dia tidak juga semu. Karena aku penah melihatmu, pernah menyentuhmu, pernah merasakan kehangatanmu.

                                                Dia tidak bersahabat tidak juga asing
            Dia tidak bersahabat, aku dan dia memang tidak akrab lagi seperti cerita dahulu. Namun, kami saling mengenal. Aku mengetahui seluk beluk dirinya. Ia tidak asing lagi bagiku.

Dia tidak baik tidak juga jahat
Dia tidak baik, dia pergi meninggalkanku setelah hatiku terulur abis untuknya. Aku tidak sanggup untuk menariknya kembali. Namun, dia tidak juga jahat. Dia adalah pribadi yang baik dan juga santun.

                                    Dia tidak benar tidak juga salah
Dia tidak benar, karena dia adalah sosok yang membuat ku selalu serba salah untuk melalukan sesuatu. Namun, dia juga tidak salah karena dia tidak berhak untuk membuatku selalu bahagia bersamanya.
                                   
Dia tidak bertindak tidak juga diam
Dia tidak bertindak, dia tidak melakukan apa-apa saat ini kepadaku. Namun, justru itu yang membuat dia seolah bertindak. Karena aku selalu bertanya apa yang sedang ia lakukan, dia memenuhi pikiranku, menurunkan kerja imun tubuhku. Dia tidak diam.

                                                Dia tidak hidup tidak juga mati
            Dia tidak hidup, karena dia tidak berperan aktif dikehidupan nyataku. Namun, dia juga tidak mati. Karena bayangnya masih bergulat setiap detiknya dipikiran dan tindakanku.

Namun Dia itu,

                                                Dia menerangi juga meredupkan
            Dia menerangi hariku, yang penuh dengan kegiatan yang itu-itu saja. Namun, dia juga yang meredupkan kehidupanku…

                                                Dia mengangkat juga menjatuhkan
Dia mengangkat setiap semangatku, mengajarkan ku untuk bangkit dari hidup yang monoton. Namun, dia juga yang menjatuhkanku, dari semangat yang sudah ku angkat tinggi untuknya…
                                                           
                                                Dia berwarna juga kelabu
            Dia berwarna, mewarnai satiap detik kehidupanku. Mendegupkan setiap detak jantungku. Dia mengenaliku banyak warna. Namun, dia juga yang membuat hidupku menjadi kelabu. Tidak berwarna lagi tanpanya…

                                               Dia mengobati juga melukai
            Dia mengobati, mengobati hari-hariku yang datar, mengobati luka kesepian hariku. Namun, dia juga yang melukai. Melukai hariku dengan goresan luka yang baru. Luka yang lebih sakit dari luka yang ia obati…

                                                Dia penuh keindahan juga kehampaan
            Dia penuh keindahan, setiap lekuk tubuhnya setiap hembus nafasnya dan setiap gerak geriknya merupakan suatu keindahan untukku. Namun, dia juga memberikan kehampaan. Setelah membuat hidupku indah, dia membuat hidupku hampa karena kepergiannya…
                                               Dia penuh kejujuran dan juga kebohongan
            Dia penuh kejujuran, setiap kalimat yang diucapkannya dan setiap keterbukaannya merupakan bukti kejujurannya. Namun, secara bersamaan dia juga penuh dengan kebohongan.

                                               Dia menghidupkan juga mematikan
            Dia menghidupkan setiap otot retorik dalam tubuh ini yang sempat tertidur lama, mengajari setiap arti kehidupan, membangunkan ku dalam kesepian yang kunikmati. Namun, dia juga mematikan. Mematikan setiap usahaku, mematikan setiap langkah yang baru aku jalani itu…

                                               Dia datang dan juga pergi
            Dia datang, datang dikehidupanku. Sebentar waktunya, namun memberikan efek yang luarbiasa. Dari yang paling manis hingga pahit. Dan dia juga pergi, pergi setelah mengajarkanku banyak pelajaran dalam hidup…

Dia. Satu nyawa penuh aksi. Pemicu kehidupan ini, penyebab utama setiap gerak ini.
Namun kini, hanya tertinggal kenangan dan pembelajaran. Dimana mereka satu paket yang jika disalah artikan akan menjadi sangat menyakitkan. Namun jika aku mengambil dari sisi baik. Tentu aku seharusnya sangat berterimakasih padanya, karena telah memberikan banyak sekali pembelajaran dalam hidupku.
Jujur, aku masih dalam tahap yang salah. Membiarkan kenangan manis membentuk bayangan buruk dalam hari-hariku. Aku tau ini bodoh. Namun aku juga berterimakasih atas pelajaran hidup yang luar biasa. Aku tidak bermunafik. Aku masih menyayangimu.

©       Salam rindu yang terbesit dari perempuan yang pernah singgah diharimu, untukmu hati yang telah pergi… semoga dapat kembali.




                                   

Kamis, 27 Juni 2013

Apakah Kamu Layak Untuk Kembali?



       Didepanku sudah ada dia..... Ya seorang pria tampan yang dulu pernah mengisi hari-hari ku. Kini aku sedang berada disebuah ruangan yang sangat ramai. Disini sedang dilaksanakan acara ulang tahun teman kita, iya kita... Aku dan dia. Kalau saja dia tau, aku masih menyimpan rasa ini untuknya, yaa tidak kusadari sudah 4 tahun aku memendam ini. Aku belum bisa membuka hatiku untuk lelaki manapun.. Karena dihatiku masih terukir jelas namanya. Sedangkan dia? Dia mungkin sudah beberapa kali berganti pasangan. Namun aku tidak pernah menghiraukannya. Walaupun sesak didada yang kurasakan. Miris bukan?. Tapi bukankah cinta itu tak selamanya harus memiliki? Bisa berhadapan dengan nya saja aku sudah merasakan bahagia yg luar biasa. Walaupun tak hanya itu, ada juga rasa lain yang berkecamuk didalam dada ini. Hmm mungkin, rindu. Tapi.. Apa itu rindu? Aku tidak pernah ambil pusing soal itu.
     Diam-diam aku mencuri pandangan kepadanya. Memperhatikan secara mendetail paras wajahnya, bentuk tubuhnya, bahkan bibir merah muda yang tipis yang pernah kurasakan itu masih sama bentuknya. Oh tuhaan, apakah ia tidak pernah melakukannya lagi pada wanita lain?. Aku terus bersikap dingin, seolah tidak terjadi apa-apa disini. Dihatiku. Aku masih terus memproses hal-hal yang terjadi disini didalam pikiran, namun tertap saja not responding... Mungkin karena pikiranku sudah dipenuhi olehnya. Ayolaaah apa tidak ada programmer profesional yang bisa memprogram ulang isi otakku ini? Aku sudah terlalu sesak oleh pikiran-pikiran tentangnya, walaupun aku sangat menikmatinya..
       Saat aku sedang mungkin terlihat bingung. Tiba tiba 'pukkk'. Aku tersontak kaget. Ternyata temaku lisa. Dia menepuk bahu ku. "lydia, ayo ke depan panggung. Acaranya udah mau dimulai" dengan segera aku mengangguk dan mengekorinya saja. Aku tidak mau jalan sendiri dan mengambil resiko menabrak sesuatu. Bukan karna mataku min atau semacamnya. Entah mataku sedang terjadi kabut yang tebal, mungkin karenanya. Aku gatau apa yg diperbuatnya terhadapku tadi, padahal sekedar mengobrol padaku saja tidak. Mungkin ini terlalu aneh atau berlebihan. Tapi ini sungguh. Efek dirinya sangatlah besar terhadapku.
       Kini disamping kiriku terdapat lisa yang sedang meniup lilin dari kue yang sangat besar, yang berbentuk angka satu dan delapan. Ya umurnya 18 kini. Dan setelah itu dia memotong kuenya. Tentu saja sedari tadi ramai dengan lontaran nyanyian para undangan disini. Saat potongan pertama, ia langsung menyuapi Reno, kekasihnya yang berada disebelah kirinya. Lalu diciumlah kening lisa. Ya, ini acara ulang tahun khusus bersama teman-teman, tanpa keluarga dari lisa. lalu suapan kedua.... Hap! Aku melahapnya. Tentu saja karena lisa yang menyuapinya. Aku segera melontarkan senyumanku untuknya, untuk semua, dan termasuk makhluk yang berada disamping kananku. Yang sedari tadi membuatku hampir tidak bisa bernafas. Segera saja lisa juga menyuapi nya. Aku hanya tersenyum melihatnya. Lalu lanjut ke beberapa sahabat kami lagi disebelah kanannya makhluk ini. Hingga meninggalkan aku dan dia berdua bersebelahan disini. Aku hanya mematung. Sungguh ini canggung sekali. Dan..... Blup! Akhirnya lisa muncul kembali. Huff syukurlah.
       Kini aku bersama sahabat-sahabatku termasuk lisa dan juga makhluk itu sedang menikmati suasana yang sudah lumayan sepi ini. Yaa, acaranya sudah selesai. Tapi tidak untuk kami sebagai sahabat lisa sejak smp. Yaa, lisa adalah sahabatku. Yaa lisa cukup tau seluk beluk diriku. Dan yang waktu itu memperkenalkan aku dengannya juga Lisa.  Dan aku tau pasti lisa juga yang sengaja membiarkan aku bersebelahan dengannya tadi. Huffft
       Kami sedang asyik berbincang-bincang membicarakan apa saja. Kalau aku hanya mendengarkan sambil tersenyum. Tentu aku tidak memandanginya lagi. Aku takut ketahuan jika melakukannnya lagi. Reno, kekasih lisa hanya duduk dipojok sofa tempat kita berkumpul sekarang. Dan aku bisa melihat bahwa ia..... "lis, pacar lo tuh kode" segera ucapku. "yahh dia tidur haha jam berapa emang sekarang? Hmm kode apa?" jawabnya. "hmm jam 1 malem nih, kode.... Minta bobo hahahaha" #petakkkk sebuah jitakkan berhasil mendarat dikepala ini. Aku hanya berceloteh kesakitan. Hufff aku kan hanya bercanda. Lalu disambut oleh reyhan "hah jam 1? Gue pulang deh, besok mesti kuliah pagi gue". Lalu sunny "iya nih udah malem gue pulang juga deh, reyhan, gue ikut lo yaa" ucapnya sambil melihatkan puppy eyes nya. Haha cukup imut untuk seorang sunny. "iyanih kev, balik yuk" kata dicky kepada adiknya. "hmm yaudah, kalian pulang nya hati-hatinyaa. Loh, elo lyd? Pulang sama siapa?" ucap lisa. "tadi gue naik taksi, pulangnya juga laah hehe" jawabku. "lydiaa mana ada taksi jam segini, sekalinya ada yang bawa bukan manusia mau lo? Ahaha sama 'Rendy aja tuh, diakan sendiri. Yakan dy?" ucap lisa. ‘hah? Lo gila lis? Lo mau bunuh gue karena berduaan dengan dia?’ ucapku dalam hati. Aku hanya geleng-geleng. Tapi..... "yaudah sama gue aja, kesian cewe malem-malem pulang sendiri" jawab Rendy. #blupppppp kini aku mematung. Tidak bisa menjawab apa-apa. Ya tuhaan, bangun kan segera aku dari mimpi ini.... Jika ini benar terjadi aku harap kau menyediakan lebih banyak oksigen untukku bernafas saat bersamanya...
       Kini aku ada dibelakangnya. Yaa, aku berada diatas motor ninja ini yang sebenarnya kurang nyaman untuk sekarang. Hey aku harus menjaga jarakku padanya! Jika tidak akan #jreeeeppp. Benar saja, tubuhku menempel sempurna padanya. Seketika Rendy membuka kaca helm nya "hmm lyd, maaf ya tadi gue gak liat kalo ada polisi tidur.. Jadi ngerem mendadak" katanya. "iya gapapa ko dy" balasku. 'Apa? Gapapa ucapku? Walau yang sebenarnya diriku sedang menahan rindu yang sangat mendalam? Yang selama ini kuabaikan? Yang memuncak hingga menimbukan sesak ini?' ucapku dalam hati.
       Setelah itu, kamipun terdiam. Sunyi sekali, rasa amat canggung pun berkesibat diantara kami. Setelah itu.... #byurrrrr hujan deras pun menerpa kami. Segera saja Rendy meminggirkan motornya, dan segera berteduh. Aku pun turun dari motornya dan memandangi sekeliling. "ujannya deres, huff dingin lagi" kataku dan seketika aku menyadari kebodohan apa yang habis kuperbuat. Damn!. Seketika #drepp tubuhku terasa hangat. Ya karena jaket tebal yang diberikan oleh Rendy di atas punggungku. Segera saja aku menatapnya. "gausah dy, gue gapapa kok" saat kuinging mengembalikan, tibatiba "lo lebih butuh kok lyd" ucap Rendy sambil memperlihatkan senyuman manis yang terukir dibibirnya itu. Oh tidak. Apa yang dia lakukan sekarang? Ingin membunuhku perlahan dengan semua yang dia lakukan itu?. Aku pun segera mengedarkan pandanganku, untuk menormalkan detak jantungku yang sedari tadi begejolak. Diam.. Sunyi.. Itu yang terjadi sekarang "ujannya awet ya" ucapku "iya, udah jam 2 nih, brr dingin" katanya. Akupun langsung merasa bersalah. Andai saja ia tida mengantarku, mungkin saja ia tidak kehujanan dan harus kedinginan karena memberikan jaketnya itu untukku. Segera aku membuka jaket ini, dan memberikannya. "nih" sambil menyodorkan jaket itu. "gausah lyd, lo lebih butuh daripada gue" “gapapa dy, gue udah gak kedinginan. Jadi buat lo aja yaa, plisss” jawabku sambil menatapnya intens.. mata itu, yang sedari dulu aku rindukan.. wajahnya, lekuk-lekuk tubuhnya, semua yang aku rindukan, kini tetap didepanku. Rasanya ingin sekali aku berapa didekapnya, dan mengutarakan bahwa aku  masih mencintainya. “hmm yaudah, makasih ya lyd” ucapnya sambil tersenyum. Sekarang keadaan kembali sepi. Entah mengapa hujan tidak kunjung berhenti. Pikiranku kini bercampur aduk. Kenangan-kenangan manis ku dengannya dulu teringat jelas olehku kini. Dan tidak hanya itu. Kenangan burukpun masih teringat jelas olehku. saaat…
*flashback*
Dulu, 4 tahun lalu saat aku masih berpacaran dengannya. Saat kami masih duduk di bangku kelas 2 smp. Teringat sangat jelas. Saat itu juga tak pernah kulupakan. Saat dimana ia menghianatiku. Disat hubungan kami yang sudah menginjak satu tahun. Kudengar ia menggandeng wanita lain, yang ternyata adik kelas kami. Tentu saja aku tidak langsung mempercayainya. Aku tetap lebih mempercayai kekasihku dibandingkan omongan dibelakang yang tidak tau kebenarannya. Sampai akhirnya, 1 bulan setelah itu, dia mengakhiri hubungan kita. Entah apa salahku. Sakitnya sudah memuncak dan tak tertahan lagi. Aku tidak percaya bahwa ia menghiri semua. Aku sangat terpuruk saat itu. Dan benar saja. Seminggu setelah dia mengakhiri hubungan kami, aku melihat ia sedang berduaan dengan adik kelas itu ditaman sekolah. Bercumbu dan bercada ria. Haha aku tertawa melihatnya. Tentu bukan tertawa bahagia saat itu. Melainkan tawa sakit yang amat mendalam sehingga tidak bisa ku luangkan lagi. Sungguh, mati sepertinya lebih menyenangkan saat itu. Segera aku berlari ke kamar mandi sekolah. Mengunci diriku, dan mengutukku atas apa yang terjadi barusan. Ternyata menjadi siswa terbaik dikelas tidak menjadi jaminan dalam segala hal. Buktinya aku bodoh sekali dalam percintaan. Aku terus menangis frustasi. Namun tak mengeluarkan suara. Aku memukuli diriku sendiri. Sungguh.. aku tidak sanggup atas semua itu. Sakitnya melebihi dari tergores pisau sekalipun.. sungguh sakit..
*flashback end*
       Tidak sadar aku pun meneteskan air mata setelah mengingat itu semua. Segera saja aku menyekatnya. Namun sayang, sudah terlihat. “lo kenapa lyd? Nn… nangis?” Tanya Rendy lembut. “hah? Masa sih? Engga gue kelilipan hehe” jawabku berharap ia mempercayainya. “hmm lo gausah bohong, kita pernah bersama selama setahun lebih, dan gue tau lo abis nangis lyd. Cerita aja sama gue” balasnya. ‘apa? Haha dia masih ingat?' Aku tertawa sambil menangis dalam hati. “hehe gapapa dy serius deh, Cuma kedinginan” jawabku ‘hah? Jawaban macam apa itu! Bodohnya kalimat itu’ dalam hati. “tuh kan..” belum selesai langsung saja “eh engga dy” Segera saja aku potong kalimatnya. “gue bercanda hehe” sambungku “lo gapapa lyd?” kata Rendy. “emang gue keliatan kenapa-napa ya?” balasku. Dan #blupp air mata itu jatuh lagi. Ahhhh bodohnya, mengapa air mata ini bisa terjatuh lagi?. Rendy hanya menatap ku bingung. Aku pun menatapnya dan #pyurrr air mataku seolah berlomba untuk keluar. Tangisan ku pun meledak. Aku hanya menutup muka oleh kedua tanganku. Namun setelah itu, aku merasakan hangat yang luar biasa, sungguh hangat dan…. Lega rasanya. Tangis ku semakin membuyar.. namun rasa hangat itu semakin menjalar keseluruh tubuhku. Akupun bingung dan segera mendongakkan kepalaku. Dan ternyata… aku sedang didekap olehnya.. sungguh aku sangat nyaman dan tidak ingin melepasnya, seolah tubuhnya memang diciptakan untuk tubuhku, begitu juga sebaliknya. Aroma tubuh ini, aroma kesukaannya. yang masih tidak berubah semenjak 4 tahun yang lalu.. dan tangan ini yang sedang mengelus setiap helai rambutku, dan juga bibir yang sedang mencium puncak kepala ku. Sungguh aku amat sangat merindukannya melebihi apapun..
Kini ia melepas pelukannya, dan menatapku intens, aku tidak berani membalas tatapannya kini. Segera dia meraih daguku dan mendongakkan kepala ku “kamu kenapa? Karna aku?” tanyanya. Entah semenjak kapan dia jadi berkata aku-kamu. ‘Haha iya! Itu semua karna kamu!’ teriak frustasiku dalam hati. Aku tidak menjawabnya dengan lisan. Namun air mata ini seolah menjawabnya. Diam.. sunyi.. Aku masih menutup mataku yang masih mengeluarkan airmata ini. Tiba-tiba…. #slupp aku merasakan hangat dibibirku. Aku tidak berani untuk membuka mataku kini, melihat apa yang terjadi. Aku hanya menikmati apa yang sedang terjadi. Ya benar saja, ia sedang menciumku. Aku tidak tahu mengapa aku tidak menolak perlakuannya. Bahkan aku menikmatinya. Sangat menikmatinya. Kini ia sedang melumat halus bibirku. Bergantian dari yang bawah dan atas. Bahkan aku tidak sadar bahwa aku sekarang sudah membalas lumatannya. Lumatan kami pun semakin dalam dengan pelukan kami. Aku melingkaran kedua tanganku dilehernya. Mempererat pelukan kami. Dan kiri lumatan kami semakin kencang. Sepi sekali disini, hanya terdapat suara karena lumatan-lumatan kami. Sekarang dia menggigit bibir bawahku, akupun segera membuka mulutku dan tentu saja lidah nya kini langung masuk kedalam dan menyapu habis setiap sudut mulutku. Setelah itu kami lanjutan lumatan bibir kami. Lama… hangat.. dan nikmat yang kami rasakan. Kini aku merasa sesak karena kehabisan oksigen olehnya. Segera saja aku melepaskan tautan antara kami. Hanya tersengar suara hempasan nafas kami yang lelah setelah kegiatan kami tadi. Sungguh detak jantung ini sedang terjadi perang didalamnya. “maafin aku atas kejadian dulu yaa, aku tidak tahu ada setan apa sehingga aku melakukannya, menyakitimu, mencampakkanmu. Sungguh itu diluar kendali ku! Aku seperti dikendalikan oleh setan yang tidak bertanggung jawab! Aku sangat menyesal telah melakukan itu. Sungguh aku hanya mencintaimu..” ucap Rendy belum selesai “jika kamu hanya mencintaiku mengapa kamu melakukan itu semua kepada ku? Dan mengapa kamu bisa mencintai wanita-wanita lain setelah aku?!” ucapku histeris. Aku tidak tahu bahwa dia juga ikut menyumbangkan air matanya kali ini dihadapaku. “kamu tidak tahu seberapa menderitanya aku dengan mereka!” balasnya “oh, jadi kamu menderita dengan mereka, karena itu kamu ingin membalas mereka dengan melibatkan aku? Membuatku menderita olehmu?” teriaku disambut isak tangis. Segera Rendy memelukku lagi “maaf. Aku tidak ada niat sedikit pun menyakitimu. Aku menderita dengan mereka bukan karena mereka menyakitiku. Tapi saat bersama mereka, batinku ini masih sangat mencintaimu! Kamu meghilang begitu saja! Tanpa mendengar penjelasan dariku! Sungguh aku tau aku salah! Dan kau boleh menghukumku! Tapi apakah kamu tidak bisa memberikan aku kesempatan kedua untuk kali ini? Sungguh! Aku sangat mencintaimu dari pertama kita bertemu, hingga sekarang ! tidak ada nama-nama lain selain mu!” ucap Rendy. Aku hanya terdiam, aku lemas tak berdaya. Aku bingung.. ya memang setelah kejadian itu aku segera pindah sekolah keluar kota. Aku tidak sanggup jika harus terus berada didekatnya saat itu. “kumohon.. yang berlalu, biar lah berlalu. Apa salahnya kita memulai cerita baru?” ucapnya. Lalu ia melapaskan dekapannya, dan segera berlutut. “apakah kamu mau menjadi kekasih ku kembali? Wanita yang paling kucintai…” ucap Rendy. Aku terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa-apa. Aku sangat mencintainya. Sekarang dia juga berkata bahwa dia mencintaiku. Tapi entah mengapa aku masih sangat bingung. Pikiranku over capacity. Aku tidak bisa menjawab apa-apa sekarang…. Oh Tuhan tolong akuuuu
       “Rendy, aku sangat mencintaimu. Tapi aku belum siap untuk kembali padamu. Kumohon kau mengerti. Aku akan menjawabnya. Jika aku siap. Dan aku tidak tahu kapan itu terjadi” balasku. “sampai kapanpun aku akan menunggumu. Walaupun sampai aku menutup mata sekali pun. Aku sangat mencintaimu! Aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama lagi. Dan aku akan tetap mencitaimu, sampai kapanpun…” ucapnya, jujur aku terharu dan lagi-lagi meneteskan air mata. Rendy segera berdiri. Ia menyekat air mataku dengan kedua tangannya. Segera memelukku. Tubuh yang kusukai. Dan mencium keningku. Lama… dan tidak ada rasa canggung lagi. Entah semenjak kapan langit sudah tidak meneteskan air. Kulihat kini waktu menunjukkan pukul 4 pagi. “kita pulang yaa, hujannya sudah reda” sambil melontarkan senyumnya. aku hanya mengangguk-ngangguk tanda aku menyetujuinya. “aku sayang sama kamu” sambungnya lagi. Aku hanya tersenyum sambil menghelakan nafas. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami. Namun perjalanan untuk mengantar ku pulang. Untuk perjalanan cinta kami… entah. Apakah kamu layak untuk kembali?
.
.
.
.
.
THANKS FOR READING :)