Selasa, 25 Februari 2014

Manis dan Pahit



Apa itu pahit? Pahit adalah salah satu dari rasa. Ya. Pahit adalah rasa. Dalam lidah, kita bisa merasakan pahit pada bagian ujung dalam dekat pangkal lidah. Namun berhubung saya bukan seorang yang bersekolah dengan menekuni Ilmu Pengetahuan Alam, maka saya akan membahas ‘Pahit’ namun dengan versi kehidupan.

Hidup. Apa itu hidup? Apa saja yang terjadi didalamnya?. Saya rasa saya terlalu kecil untuk mengajari reader sekalian. Tapi saya hanya sekedar me-share apa itu ‘Pahit’ dari sisi pandang kehidupan saya.

Hidup itu memiliki banyak sekali rasa. Manis, pahit, hambar, getir, hampir semua ada. Mengapa semua? Karna mereka satu paket. Ada manis, ada juga pahit. Mengapa harus ada pahit ditengah manisnya kehidupan? Sebenarnya itu semua adalah bentuk dari apa yang kita hadapi saat ini. Ini tentang bagaimana kita menanggapi kehidupan yang sedang terjadi.

Kita bahas dari manis dahulu. Hidup itu manis, jujur hidup itu manis. Banyak sekali yang bisa kita lakukan terutama yang bermanfaat dalam hidup. seperti apa kata pepatah, Apa yang kita tanam akan kita tuai. Maka dari itu jika kamu mau hidup kamu manis, ya lakukan segala sesuatu yang manis pula. Merasa sudah melakukan yang manis tapi tidak kunjung mendapatkan kemanisan hidup? Coba periksa lagi. Yang kamu lakukan benar-benar manis kah? Jika kamu sudah benar-benar merasa memberi kemanisan dalam hidup tapi kecewa karna tidak kunjung mendapatkan kemanisan juga, itu salah. Tandanya kamu belum melakukan kemanisan dalam hidup. Dalam hidup, manis itu tidak ada kata pamrih. Jika kamu ikhlas melakukan kemanisan dalam hidup, maka hati kamu juga akan menerima kemanisan berupa ketentraman dan ketenangan jiwa kamu. Merasa itu tidak adil? Memang. Tidak adil jika kita hanya merasakan manis saja. Maka hidupmu akan lebih berarti jika diselipi kepahitan dalam hidupmu yang manis itu.

Dengan adanya pahit, maka kamu tahu betapa berharganya manis. Dengan adanya pahit maka kamu tahu kalau sebenarnya kamu dapat membedakan yang mana manis dan mana pahit. Saat kamu merasakan manis, apakah kamu sudah bersyukur? Namun saat merasakan pahit apakah kamu tidak mengeluh? Jika jawaban keduanya adalah ‘tidak’ maka kamu kurang tepat menanggapi kehidupanmu. Yang benar saja? Saat mendapat kemanisan kamu diam saja, lupa. seolah manisnya hidup memang mutlak milikmu. Saat merasakan kepahitan? Kamu mengeluh. Memberi tahu kepada seluruh dunia bahwa kamu sedang merasa kepahitan. Sebenarnya, yang membuat hidupmu pahit, ya dirimu sendiri. Kenapa bisa seperti itu?

Jujur, saat ini aku iri terhadap orang yang selalu bisa memperlihatkan kemanisan hidupnya, bukan kepahitannya. Karena aku, aku belum bisa menjalani semua teori-teori kehidupan yang telah aku ketahui. Aku banyak menguasai teori tersebut. Tapi jujur aku malu ketika aku mengetahui bahwa aku belum lulus dalam hal praktek. Aku terus berusaha untuk menebar kemanisan dalam hidupku. Membagikannya kepada setiap makhluk yang berada disekitarku. Namun? Saat pahit melanda aku masih mengeluh. Bahkan terkadang membagikannya terhadap orang lain. Seolah aku ingin semua orang tahu bahwa aku sedang mengalami kepahitan hidup. Namun, tidak selamanya hujan melanda, setidaknya ia akan berganti menjadi cuaca yang terang lagi atau bahkan tersirat pelangi membekas. Setelah kurasa kepahitan itu perlahan sirna dari hidupku, aku mulai tersadar. Banyak sekali hal yang bisa aku ambil dari kejadian kemarin, yang menenggelamkan ku kepada kepahitan. Namun memunculkan buah kemanisan yang bisa kupetik jika ku mau. Tentu saja aku mau.

Sebenarnya, apa kepahitan yang kualami kemarin? Kalian tahu? Sebenarnya aku sangat malu jika mengingatnya. Ya. Patah hati. Ini sangat memalukan jika ku fikir. Hidupku yang penuh ketentraman ini bisa menjadi hancur selama beberapa waktu hanya karna patah hati. Sebatas ditinggal pujaan hati kembali meneruskan hubungan cinta yang belum selesai kemarin dengan mantannya. Saat itu aku sangat terpuruk. dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku tidak mau kehilangannya, menuruti semua perkataannya, dan dia satu-satunya yang bisa membuatku memceritakan dirinya terhadap setiap orang yang kutemui. Sebelumnya, aku sangat tertutup apalagi masalah cinta. Aku cukup jutek dan masa bodo dengan lawan jenis, dan aku tidak mau orang lain tau tentang hubungan cintaku, entah mengapa dengannya aku justru sangat terbuka. Apa dia berbeda? Entahlah. Namun sekarang dia sudah benar-benar sirna dari kehidupanku. Entahlah. Yang jelas sekarang karnanya, aku bisa tau arti dari keterbukaan itu seperti apa. Lega rasanya. Dan yang pasti bisa memiliki teman dekat lebih banyak lagi. Lalu, aku sekarang mempunyai keluarga baru. Karna kepergiannya yang meninggalkan sejuta kenangan yang sangat mengganggu pikiranku, aku berusaha mencari kesibukan atau suasana baru. Ya. benar saja, sekarang aku sudah berhasil bergabung dalam suatu komunitas dikotaku yang menurutku cukup bermanfaat untukku. Sebenarnya aku ingin bergabung dalam berbagai komunitas dari dulu, namun hanya rencana. Karna kepergian dia yang merubah hidupku, maka sekarang aku bisa menjalankannya. Lalu, karnanya pula aku bisa merasakan manis pahitnya hidup saat masa remajaku. Aku harus berterima kasih padanya. Jika dia tidak mampir dalam hidupku, maka aku masih menjadi yang dulu, orang yang tertutup, takut bergaul, tidak menjalani misiku. Dan kini aku dengan diriku yang baru. Lebih kuat dan tangguh, aku yang telah bertambah ilmu.

Nah itu sudah terbukti. Manis dan pahit itu memang satu paket. Memang pahit itu menyakitkan, saat masanya. Namun tidak mungkin pahit akan terus melandamu, kalau bukan kamu yang mengizinkannya untuk terus bergulat dalam kehidupanmu sendiri. Sekarang tinggal kamu yang memilih jalan hidupmu sendiri. kamu tahu? Kemanisan sedang menunggumu, untuk bangkit dari kepahitan hidup, dan hidup bersamanya :)
Terima kasih telah membaca
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis
Salam kehidupan dan salam kecup untuk kalian semua :*