Kamis, 27 Juni 2013

Apakah Kamu Layak Untuk Kembali?



       Didepanku sudah ada dia..... Ya seorang pria tampan yang dulu pernah mengisi hari-hari ku. Kini aku sedang berada disebuah ruangan yang sangat ramai. Disini sedang dilaksanakan acara ulang tahun teman kita, iya kita... Aku dan dia. Kalau saja dia tau, aku masih menyimpan rasa ini untuknya, yaa tidak kusadari sudah 4 tahun aku memendam ini. Aku belum bisa membuka hatiku untuk lelaki manapun.. Karena dihatiku masih terukir jelas namanya. Sedangkan dia? Dia mungkin sudah beberapa kali berganti pasangan. Namun aku tidak pernah menghiraukannya. Walaupun sesak didada yang kurasakan. Miris bukan?. Tapi bukankah cinta itu tak selamanya harus memiliki? Bisa berhadapan dengan nya saja aku sudah merasakan bahagia yg luar biasa. Walaupun tak hanya itu, ada juga rasa lain yang berkecamuk didalam dada ini. Hmm mungkin, rindu. Tapi.. Apa itu rindu? Aku tidak pernah ambil pusing soal itu.
     Diam-diam aku mencuri pandangan kepadanya. Memperhatikan secara mendetail paras wajahnya, bentuk tubuhnya, bahkan bibir merah muda yang tipis yang pernah kurasakan itu masih sama bentuknya. Oh tuhaan, apakah ia tidak pernah melakukannya lagi pada wanita lain?. Aku terus bersikap dingin, seolah tidak terjadi apa-apa disini. Dihatiku. Aku masih terus memproses hal-hal yang terjadi disini didalam pikiran, namun tertap saja not responding... Mungkin karena pikiranku sudah dipenuhi olehnya. Ayolaaah apa tidak ada programmer profesional yang bisa memprogram ulang isi otakku ini? Aku sudah terlalu sesak oleh pikiran-pikiran tentangnya, walaupun aku sangat menikmatinya..
       Saat aku sedang mungkin terlihat bingung. Tiba tiba 'pukkk'. Aku tersontak kaget. Ternyata temaku lisa. Dia menepuk bahu ku. "lydia, ayo ke depan panggung. Acaranya udah mau dimulai" dengan segera aku mengangguk dan mengekorinya saja. Aku tidak mau jalan sendiri dan mengambil resiko menabrak sesuatu. Bukan karna mataku min atau semacamnya. Entah mataku sedang terjadi kabut yang tebal, mungkin karenanya. Aku gatau apa yg diperbuatnya terhadapku tadi, padahal sekedar mengobrol padaku saja tidak. Mungkin ini terlalu aneh atau berlebihan. Tapi ini sungguh. Efek dirinya sangatlah besar terhadapku.
       Kini disamping kiriku terdapat lisa yang sedang meniup lilin dari kue yang sangat besar, yang berbentuk angka satu dan delapan. Ya umurnya 18 kini. Dan setelah itu dia memotong kuenya. Tentu saja sedari tadi ramai dengan lontaran nyanyian para undangan disini. Saat potongan pertama, ia langsung menyuapi Reno, kekasihnya yang berada disebelah kirinya. Lalu diciumlah kening lisa. Ya, ini acara ulang tahun khusus bersama teman-teman, tanpa keluarga dari lisa. lalu suapan kedua.... Hap! Aku melahapnya. Tentu saja karena lisa yang menyuapinya. Aku segera melontarkan senyumanku untuknya, untuk semua, dan termasuk makhluk yang berada disamping kananku. Yang sedari tadi membuatku hampir tidak bisa bernafas. Segera saja lisa juga menyuapi nya. Aku hanya tersenyum melihatnya. Lalu lanjut ke beberapa sahabat kami lagi disebelah kanannya makhluk ini. Hingga meninggalkan aku dan dia berdua bersebelahan disini. Aku hanya mematung. Sungguh ini canggung sekali. Dan..... Blup! Akhirnya lisa muncul kembali. Huff syukurlah.
       Kini aku bersama sahabat-sahabatku termasuk lisa dan juga makhluk itu sedang menikmati suasana yang sudah lumayan sepi ini. Yaa, acaranya sudah selesai. Tapi tidak untuk kami sebagai sahabat lisa sejak smp. Yaa, lisa adalah sahabatku. Yaa lisa cukup tau seluk beluk diriku. Dan yang waktu itu memperkenalkan aku dengannya juga Lisa.  Dan aku tau pasti lisa juga yang sengaja membiarkan aku bersebelahan dengannya tadi. Huffft
       Kami sedang asyik berbincang-bincang membicarakan apa saja. Kalau aku hanya mendengarkan sambil tersenyum. Tentu aku tidak memandanginya lagi. Aku takut ketahuan jika melakukannnya lagi. Reno, kekasih lisa hanya duduk dipojok sofa tempat kita berkumpul sekarang. Dan aku bisa melihat bahwa ia..... "lis, pacar lo tuh kode" segera ucapku. "yahh dia tidur haha jam berapa emang sekarang? Hmm kode apa?" jawabnya. "hmm jam 1 malem nih, kode.... Minta bobo hahahaha" #petakkkk sebuah jitakkan berhasil mendarat dikepala ini. Aku hanya berceloteh kesakitan. Hufff aku kan hanya bercanda. Lalu disambut oleh reyhan "hah jam 1? Gue pulang deh, besok mesti kuliah pagi gue". Lalu sunny "iya nih udah malem gue pulang juga deh, reyhan, gue ikut lo yaa" ucapnya sambil melihatkan puppy eyes nya. Haha cukup imut untuk seorang sunny. "iyanih kev, balik yuk" kata dicky kepada adiknya. "hmm yaudah, kalian pulang nya hati-hatinyaa. Loh, elo lyd? Pulang sama siapa?" ucap lisa. "tadi gue naik taksi, pulangnya juga laah hehe" jawabku. "lydiaa mana ada taksi jam segini, sekalinya ada yang bawa bukan manusia mau lo? Ahaha sama 'Rendy aja tuh, diakan sendiri. Yakan dy?" ucap lisa. ‘hah? Lo gila lis? Lo mau bunuh gue karena berduaan dengan dia?’ ucapku dalam hati. Aku hanya geleng-geleng. Tapi..... "yaudah sama gue aja, kesian cewe malem-malem pulang sendiri" jawab Rendy. #blupppppp kini aku mematung. Tidak bisa menjawab apa-apa. Ya tuhaan, bangun kan segera aku dari mimpi ini.... Jika ini benar terjadi aku harap kau menyediakan lebih banyak oksigen untukku bernafas saat bersamanya...
       Kini aku ada dibelakangnya. Yaa, aku berada diatas motor ninja ini yang sebenarnya kurang nyaman untuk sekarang. Hey aku harus menjaga jarakku padanya! Jika tidak akan #jreeeeppp. Benar saja, tubuhku menempel sempurna padanya. Seketika Rendy membuka kaca helm nya "hmm lyd, maaf ya tadi gue gak liat kalo ada polisi tidur.. Jadi ngerem mendadak" katanya. "iya gapapa ko dy" balasku. 'Apa? Gapapa ucapku? Walau yang sebenarnya diriku sedang menahan rindu yang sangat mendalam? Yang selama ini kuabaikan? Yang memuncak hingga menimbukan sesak ini?' ucapku dalam hati.
       Setelah itu, kamipun terdiam. Sunyi sekali, rasa amat canggung pun berkesibat diantara kami. Setelah itu.... #byurrrrr hujan deras pun menerpa kami. Segera saja Rendy meminggirkan motornya, dan segera berteduh. Aku pun turun dari motornya dan memandangi sekeliling. "ujannya deres, huff dingin lagi" kataku dan seketika aku menyadari kebodohan apa yang habis kuperbuat. Damn!. Seketika #drepp tubuhku terasa hangat. Ya karena jaket tebal yang diberikan oleh Rendy di atas punggungku. Segera saja aku menatapnya. "gausah dy, gue gapapa kok" saat kuinging mengembalikan, tibatiba "lo lebih butuh kok lyd" ucap Rendy sambil memperlihatkan senyuman manis yang terukir dibibirnya itu. Oh tidak. Apa yang dia lakukan sekarang? Ingin membunuhku perlahan dengan semua yang dia lakukan itu?. Aku pun segera mengedarkan pandanganku, untuk menormalkan detak jantungku yang sedari tadi begejolak. Diam.. Sunyi.. Itu yang terjadi sekarang "ujannya awet ya" ucapku "iya, udah jam 2 nih, brr dingin" katanya. Akupun langsung merasa bersalah. Andai saja ia tida mengantarku, mungkin saja ia tidak kehujanan dan harus kedinginan karena memberikan jaketnya itu untukku. Segera aku membuka jaket ini, dan memberikannya. "nih" sambil menyodorkan jaket itu. "gausah lyd, lo lebih butuh daripada gue" “gapapa dy, gue udah gak kedinginan. Jadi buat lo aja yaa, plisss” jawabku sambil menatapnya intens.. mata itu, yang sedari dulu aku rindukan.. wajahnya, lekuk-lekuk tubuhnya, semua yang aku rindukan, kini tetap didepanku. Rasanya ingin sekali aku berapa didekapnya, dan mengutarakan bahwa aku  masih mencintainya. “hmm yaudah, makasih ya lyd” ucapnya sambil tersenyum. Sekarang keadaan kembali sepi. Entah mengapa hujan tidak kunjung berhenti. Pikiranku kini bercampur aduk. Kenangan-kenangan manis ku dengannya dulu teringat jelas olehku kini. Dan tidak hanya itu. Kenangan burukpun masih teringat jelas olehku. saaat…
*flashback*
Dulu, 4 tahun lalu saat aku masih berpacaran dengannya. Saat kami masih duduk di bangku kelas 2 smp. Teringat sangat jelas. Saat itu juga tak pernah kulupakan. Saat dimana ia menghianatiku. Disat hubungan kami yang sudah menginjak satu tahun. Kudengar ia menggandeng wanita lain, yang ternyata adik kelas kami. Tentu saja aku tidak langsung mempercayainya. Aku tetap lebih mempercayai kekasihku dibandingkan omongan dibelakang yang tidak tau kebenarannya. Sampai akhirnya, 1 bulan setelah itu, dia mengakhiri hubungan kita. Entah apa salahku. Sakitnya sudah memuncak dan tak tertahan lagi. Aku tidak percaya bahwa ia menghiri semua. Aku sangat terpuruk saat itu. Dan benar saja. Seminggu setelah dia mengakhiri hubungan kami, aku melihat ia sedang berduaan dengan adik kelas itu ditaman sekolah. Bercumbu dan bercada ria. Haha aku tertawa melihatnya. Tentu bukan tertawa bahagia saat itu. Melainkan tawa sakit yang amat mendalam sehingga tidak bisa ku luangkan lagi. Sungguh, mati sepertinya lebih menyenangkan saat itu. Segera aku berlari ke kamar mandi sekolah. Mengunci diriku, dan mengutukku atas apa yang terjadi barusan. Ternyata menjadi siswa terbaik dikelas tidak menjadi jaminan dalam segala hal. Buktinya aku bodoh sekali dalam percintaan. Aku terus menangis frustasi. Namun tak mengeluarkan suara. Aku memukuli diriku sendiri. Sungguh.. aku tidak sanggup atas semua itu. Sakitnya melebihi dari tergores pisau sekalipun.. sungguh sakit..
*flashback end*
       Tidak sadar aku pun meneteskan air mata setelah mengingat itu semua. Segera saja aku menyekatnya. Namun sayang, sudah terlihat. “lo kenapa lyd? Nn… nangis?” Tanya Rendy lembut. “hah? Masa sih? Engga gue kelilipan hehe” jawabku berharap ia mempercayainya. “hmm lo gausah bohong, kita pernah bersama selama setahun lebih, dan gue tau lo abis nangis lyd. Cerita aja sama gue” balasnya. ‘apa? Haha dia masih ingat?' Aku tertawa sambil menangis dalam hati. “hehe gapapa dy serius deh, Cuma kedinginan” jawabku ‘hah? Jawaban macam apa itu! Bodohnya kalimat itu’ dalam hati. “tuh kan..” belum selesai langsung saja “eh engga dy” Segera saja aku potong kalimatnya. “gue bercanda hehe” sambungku “lo gapapa lyd?” kata Rendy. “emang gue keliatan kenapa-napa ya?” balasku. Dan #blupp air mata itu jatuh lagi. Ahhhh bodohnya, mengapa air mata ini bisa terjatuh lagi?. Rendy hanya menatap ku bingung. Aku pun menatapnya dan #pyurrr air mataku seolah berlomba untuk keluar. Tangisan ku pun meledak. Aku hanya menutup muka oleh kedua tanganku. Namun setelah itu, aku merasakan hangat yang luar biasa, sungguh hangat dan…. Lega rasanya. Tangis ku semakin membuyar.. namun rasa hangat itu semakin menjalar keseluruh tubuhku. Akupun bingung dan segera mendongakkan kepalaku. Dan ternyata… aku sedang didekap olehnya.. sungguh aku sangat nyaman dan tidak ingin melepasnya, seolah tubuhnya memang diciptakan untuk tubuhku, begitu juga sebaliknya. Aroma tubuh ini, aroma kesukaannya. yang masih tidak berubah semenjak 4 tahun yang lalu.. dan tangan ini yang sedang mengelus setiap helai rambutku, dan juga bibir yang sedang mencium puncak kepala ku. Sungguh aku amat sangat merindukannya melebihi apapun..
Kini ia melepas pelukannya, dan menatapku intens, aku tidak berani membalas tatapannya kini. Segera dia meraih daguku dan mendongakkan kepala ku “kamu kenapa? Karna aku?” tanyanya. Entah semenjak kapan dia jadi berkata aku-kamu. ‘Haha iya! Itu semua karna kamu!’ teriak frustasiku dalam hati. Aku tidak menjawabnya dengan lisan. Namun air mata ini seolah menjawabnya. Diam.. sunyi.. Aku masih menutup mataku yang masih mengeluarkan airmata ini. Tiba-tiba…. #slupp aku merasakan hangat dibibirku. Aku tidak berani untuk membuka mataku kini, melihat apa yang terjadi. Aku hanya menikmati apa yang sedang terjadi. Ya benar saja, ia sedang menciumku. Aku tidak tahu mengapa aku tidak menolak perlakuannya. Bahkan aku menikmatinya. Sangat menikmatinya. Kini ia sedang melumat halus bibirku. Bergantian dari yang bawah dan atas. Bahkan aku tidak sadar bahwa aku sekarang sudah membalas lumatannya. Lumatan kami pun semakin dalam dengan pelukan kami. Aku melingkaran kedua tanganku dilehernya. Mempererat pelukan kami. Dan kiri lumatan kami semakin kencang. Sepi sekali disini, hanya terdapat suara karena lumatan-lumatan kami. Sekarang dia menggigit bibir bawahku, akupun segera membuka mulutku dan tentu saja lidah nya kini langung masuk kedalam dan menyapu habis setiap sudut mulutku. Setelah itu kami lanjutan lumatan bibir kami. Lama… hangat.. dan nikmat yang kami rasakan. Kini aku merasa sesak karena kehabisan oksigen olehnya. Segera saja aku melepaskan tautan antara kami. Hanya tersengar suara hempasan nafas kami yang lelah setelah kegiatan kami tadi. Sungguh detak jantung ini sedang terjadi perang didalamnya. “maafin aku atas kejadian dulu yaa, aku tidak tahu ada setan apa sehingga aku melakukannya, menyakitimu, mencampakkanmu. Sungguh itu diluar kendali ku! Aku seperti dikendalikan oleh setan yang tidak bertanggung jawab! Aku sangat menyesal telah melakukan itu. Sungguh aku hanya mencintaimu..” ucap Rendy belum selesai “jika kamu hanya mencintaiku mengapa kamu melakukan itu semua kepada ku? Dan mengapa kamu bisa mencintai wanita-wanita lain setelah aku?!” ucapku histeris. Aku tidak tahu bahwa dia juga ikut menyumbangkan air matanya kali ini dihadapaku. “kamu tidak tahu seberapa menderitanya aku dengan mereka!” balasnya “oh, jadi kamu menderita dengan mereka, karena itu kamu ingin membalas mereka dengan melibatkan aku? Membuatku menderita olehmu?” teriaku disambut isak tangis. Segera Rendy memelukku lagi “maaf. Aku tidak ada niat sedikit pun menyakitimu. Aku menderita dengan mereka bukan karena mereka menyakitiku. Tapi saat bersama mereka, batinku ini masih sangat mencintaimu! Kamu meghilang begitu saja! Tanpa mendengar penjelasan dariku! Sungguh aku tau aku salah! Dan kau boleh menghukumku! Tapi apakah kamu tidak bisa memberikan aku kesempatan kedua untuk kali ini? Sungguh! Aku sangat mencintaimu dari pertama kita bertemu, hingga sekarang ! tidak ada nama-nama lain selain mu!” ucap Rendy. Aku hanya terdiam, aku lemas tak berdaya. Aku bingung.. ya memang setelah kejadian itu aku segera pindah sekolah keluar kota. Aku tidak sanggup jika harus terus berada didekatnya saat itu. “kumohon.. yang berlalu, biar lah berlalu. Apa salahnya kita memulai cerita baru?” ucapnya. Lalu ia melapaskan dekapannya, dan segera berlutut. “apakah kamu mau menjadi kekasih ku kembali? Wanita yang paling kucintai…” ucap Rendy. Aku terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa-apa. Aku sangat mencintainya. Sekarang dia juga berkata bahwa dia mencintaiku. Tapi entah mengapa aku masih sangat bingung. Pikiranku over capacity. Aku tidak bisa menjawab apa-apa sekarang…. Oh Tuhan tolong akuuuu
       “Rendy, aku sangat mencintaimu. Tapi aku belum siap untuk kembali padamu. Kumohon kau mengerti. Aku akan menjawabnya. Jika aku siap. Dan aku tidak tahu kapan itu terjadi” balasku. “sampai kapanpun aku akan menunggumu. Walaupun sampai aku menutup mata sekali pun. Aku sangat mencintaimu! Aku tidak akan melakukan kebodohan yang sama lagi. Dan aku akan tetap mencitaimu, sampai kapanpun…” ucapnya, jujur aku terharu dan lagi-lagi meneteskan air mata. Rendy segera berdiri. Ia menyekat air mataku dengan kedua tangannya. Segera memelukku. Tubuh yang kusukai. Dan mencium keningku. Lama… dan tidak ada rasa canggung lagi. Entah semenjak kapan langit sudah tidak meneteskan air. Kulihat kini waktu menunjukkan pukul 4 pagi. “kita pulang yaa, hujannya sudah reda” sambil melontarkan senyumnya. aku hanya mengangguk-ngangguk tanda aku menyetujuinya. “aku sayang sama kamu” sambungnya lagi. Aku hanya tersenyum sambil menghelakan nafas. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami. Namun perjalanan untuk mengantar ku pulang. Untuk perjalanan cinta kami… entah. Apakah kamu layak untuk kembali?
.
.
.
.
.
THANKS FOR READING :)